Selasa, 07 Juni 2011

Ada Apa Dengan Ucapan "sodaqollahul adzim"

Ucapan “sodaqollahul adzim” setelah membaca Al Quran atau satu ayat darinya bukanlah hal yang asing di kalangan kita kaum muslimin. Dari anak kecil sampai orang tua, pria atau wanita sudah biasa mengucapkannya. Dan sangat sungguh disedihkan, para qori Al Quran dan para khotib di mimbar-mimbar juga mengucapkannya bila selesai membaca satu atau lebih ayat Al Quran. Ada apa memangnya dengan kalimat itu?
Mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah selasai membaca Al Quran baik satu ayat atau lebih adalah suatu hal yang tidak ada tuntunan dalam syariat Islam, lalu darimanakah hal ini bisa muncul dikalangan umat Islam Indonesia…. Untuk lebih meyakinkan kita, sebagai Umat Islam kita harus bertindak berdasarkan Ilmu yang berlandaskan pada Kitabullah dan Sunnah rasulNya yang shohih.
Sahabat Ibnu Mas’ud telah berkata, “Ikutilah, dan jangan kalian membuat perkara baru !”. Suatu peringatan tegas dimana kita tidak perlu untuk menambah–nambah sesuatu yang baru atau bahkan mengurangi sesuatu dalam hal agama. Banyak ide atau atau anggapan–anggapan baik dalam agama yang tidak ada contohnya bukanlah perbuatan terpuji yang akan mendatangkan pahala, tetapi justru yang demikian itu berarti menganggap kurang atas syariat yang telah dibawa oleh Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, dan bahkan yang demikian itu dianggap telah membuat syariat baru. Seperti perkataan Iman Syafi’i, ”Siapa yang membuat anggapan-anggapan baik dalam agama sungguh ia telah membuat syariat baru.”
Berkenaan Dengan Mengucapkan “sodaqollahul adzim” Marilah Kita Simak Dalil Berikut Ini

Pertama
Dalam shahih Bukhori no. 4582 dan shahih Muslim no. 800, dari hadits Abdullah bin Mas’ud berkata, yang artinya: “Berkata Nabi kepadaku, “Bacakanlah padaku.” Aku berkata, “Wahai Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, apakah aku bacakan kepadamu sedangkan kepadamu telah diturunkan?” beliau menjawab, “ya”. Maka aku membaca surat An Nisa hingga ayat “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (QS: An Nisa: 41) beliau berkata, “cukup”. Lalu aku (Ibnu Masud) menengok kepadanya ternyata kedua mata beliau berkaca-kaca.”
Sahabat Ibnu Mas’ud dalam hadits ini tidak menyatakan “sodaqollahul adzim” setelah membaca surat An Nisa tadi. Dan tidak pula Nabi memerintahkannya untuk menyatakan “sodaqollahul adzim”, beliau hanya mengatakan kepada Ibnu Mas’ud “cukup”.

Kedua
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 6 dan Muslim no. 2308 dari sahabat Ibnu Abbas beliau berkata, yang artinya: “Adalah Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam orang yang paling giat dan beliau lebih giat lagi di bulan ramadhan, sampai saat Jibril menemuinya –Jibril selalu menemuinya tiap malam di Bulan Ramadhan- bertadarus Al Quran bersamanya”.
Tidak dinukil satu kata pun bahawa Jibril atau Nabi Muhammad ketika selesai qiroatul Quran mengucapkan “sodaqollahul adzim”.
Ketiga
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 3809 dan Muslim no. 799 dari hadits Anas bin Malik radiyallahu anhuma, yang artinya: “Nabi berkata kepada Ubay, “Sesungguhnya Alloh menyuruhku untuk membacakan kepadamu “lam yakunil ladzina kafaru min ahlil kitab” (“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya)…”) (QS: Al Bayyinah: 1). Ubay berkata, ”menyebutku ?” Nabi menjawab, “ya”, maka Ubay pun menangis”. Nabi tidak mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membaca ayat itu.
Keempat
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 4474 dari hadits Raafi’ bin Al Ma’la radiyallahu anhuma bahwa Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Maukah engkau kuajari surat yang paling agung dalam Al Quran sebelum aku pergi ke masjid ?” Kemudian beliau (Nabi) pergi ke masjid, lalu aku mengingatkannya dan beliau berkata, “Alhamdulillah, ia (surat yang agung itu) adalah As Sab’ul Matsaani dan Al Quranul Adzim yang telah diberikan kepadaku.” Beliau tidak mengatakan “sodaqollahul adzim”.
Kelima
Terdapat dalam Sunan Abi Daud no. 1400 dan Sunan At Tirmidzi no. 2893 dari hadits Abi Hurairah dari Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda, yang artinya: “Ada satu surat dari Al Quran banyaknya 30 ayat akan memberikan syafaat bagi pemiliknya –yang membacanya/ mengahafalnya- hingga ia akan diampuni, “tabaarokalladzii biyadihil mulk” (“Maha Suci Alloh yang ditanganNyalah segala kerajaan…”) (QS: Al Mulk: 1).
Nabi tidak mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membacanya.
Keenam
Dalam Shahih Bukhori no. 4952 dan Muslim no. 494 dari hadits Baro’ bin ‘Ajib berkata, yang artinya: “Aku mendengar Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam membaca di waktu Isya dengan “attiini waz zaituun” , aku tidak pernah mendengar seorangpun yang lebih indah suaranya darinya”. Dan beliau tidak mengatakan setelahnya “sodaqollahul adzim”.
Ketujuh
Diriwatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya no. 873 dari hadits Ibnat Haritsah bin An Nu’man berkata, yang artinya: “Aku tidak mengetahui/hafal “qaaf wal qur’aanil majiid” kecuali dari lisan rasulullah, beliau berkhutbah dengannya pada setiap Jumat”.
Tidak dinukil beliau mengucapkan setelahnya “sodaqollahul adzim” dan tidak dinukil pula ia (Ibnat Haritsah) saat membaca surat “qaaf” mengucapkan “sodaqollahul adzim”.
Jika kita mau menghitung surat dan ayat-ayat yang dibaca oleh Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya serta para tabiin dari generasi terbaik umat ini, dan nukilan bahwa tak ada satu orangpun dari mereka yang mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membacanya maka akan sangat banyak dan panjang. Namun semoga cukuplah bagi kita yang dinukilkan diatas dari mereka yang menunjukkan bahwa mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membaca Al Quran atau satu ayat darinya adalah perkara yang baru yang tidak pernah ada dan di dahului oleh genersi pertama serta tidak pernah menjadi tuntunan umat Islam.
Satu hal lagi yang perlu dan penting untuk diperhatikan bahwa meskipun ucapan “sodaqollahul adzim” setelah qiroatul Quran adalah tidak ada tuntunannya dalam Islam, namun kita wajib meyakini dalam hati perihal maknanya bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala maha benar dengan seluruh firmannya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan siapa lagi yang lebih baik perkataanya daripada Alloh Subhanahu wa Ta’ala”, dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan siapa lagi yang lebih baik perkataanya dari pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala”.
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengokohkan kita diatas Al Kitab dan Sunnah dan Istiqomah diatasnya. Wal ilmu indallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar